A.
Konsep
Dasar
1.
Hakikat
manusia
1. Perilaku pada masa dewasa berakar
pada pengalaman masa kanak-kanak.
2. Sebagian besar perilaku terintegrasi
melalui proses mental yang tidak di sadari.
3. Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama kecenderungan
mengembangkan dirinya.
4. Secara umum perilaku manusia bertujuan
dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangangan, menolak dan kesakitan
dan mencari kenikmatan.
5.
Sifat manusia itu adalah deterministik,di mana perilakunya
ditentukan oleh kekuatan – kekuatan irasional, motivasi tak sadar, dorongan
seksual.
2.
Struktur
kepribadian
Id, merupakan struktur yang kita bawa sejak lahir dan bersisikan semua
potensi bawaan, termasuk naluri-naluri yang umumnya tidak kita sadari.Di dalam
id terdapat dorongan-dorongan naluriah yang cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan
karena menuntut untuk dipenuhi. Untuk memuaskan dorongan-dorongan, id
menggunakan dua mekanisme tindakan refleks dan proses primer.Dorongan
naluriah, dibedakan menjadi dua, yakni:
·
Naluri
hidup (libido) yang merefleksikan kebutuhan id untuk mengejar kesenangan dan
menghindari ketidaknyamanan.
·
Naluri
mati (tanatos) yang merupakan dorongan-dorngan agresif yang negatif yang dapat
mecelakakan diri sendiri atau orang lain.
Ego, berfungsi untuk membantu id
memenuhi dorongan-dorongannya secara nyata dan bukan hanya sekedar membayangkan
atau melamun. Ego tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan id, tetapi juga
merintangi atau menolak dorongan-dorongan yang tidak di ijinkan oleh norma atau
kode moral yang ditekankan oleh lingkungan sosial. Ego merupakan aspek
eksekutif (pengendali atau pengatur) dari struktur kepribadian.
Superego, merupakan aspek kepribadian yang
berisikan nilai-nilai atau kode moral masyarakat yang di internalisasi oleh
anak melalui pedidikan orang tua.Manusia yang mengikuti arahan superegonya
cenderung bisa menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena
banyak dorongan kesenagan yang tidah terpuaskan.Sebaliknya, manusia yang kurang
mendengarkan superegonya cenderung bisa memuaskan dorongannya tetapi sering
kali ditanggapi rasa bersalah, malu dan cemas. Superego berfungsi membatasi
dorongan-dorongan id dan mengendalikan ego agar tidak melakukan tindakan yang
bertentangan dengan kode moral atau norma masyarakat.
Aktivitas
Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan
Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal, dan sebagainya.
Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konflik
tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri, melainkan pertahanan
Ego terhadap dorongan naluriah.
B.
Tujuan
Psikoanalisa
Tujuan psikoanalisa adalah untuk menolong individu
mendapatkan pengertian yang terus menerus daripada mekanisme penyesuaian diri
mereka sendiri dan dengan demikian menolong mereka menyelesaikan masalah dasar
yang mereka hadapi.Selain itu, tujuan selanjutnya adalah untuk membentuk
kembali struktur karakter individual dengan menggunakan yang tak sadar menjadi
sadar pada diri klien. Proses psikoanalisa berpusat pada menghidupkan kembali
pengalaman masa kanak-kanak.
Baker
(1985) mengemukakan lima tujuan khusus konseling psikoanalisa, yakni membantu
individu agar mampu untuk :
·
Meningkatkan
kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk
dorongan naluriah yang tidak rasional
·
Memperkaya sifat dan macam mekanisme
pertahanan ego sehingga lebih efektif, lebih matang, dan lebih dapat
diterima
·
Mengembangkan
perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas yang jelas dan akurat
dan yang mendorong penyesuaian
·
Mengembangkan
kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat dengan cara yang
menghargai hak-hak pribadi dan orang lain
·
Menurunkan
sifat perfeksionis (mengejar kesempurnaan) rigid (kaku), dan punitive
(menghukum)
C.
Peran
Konselor
Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis.
Peranan yang dilakukan :
1. Menolong
klien mendapatkan kesadaran diri, kejujuran dan hubungan personal yang efektif.
2. Menciptakan
hubungan kerja dengan klien dan banyak mendengar serta menafsirkan.
3. Mempercepat
penampilan bahan-bahan yang tidak disadari.
4. Konselor
mendengarkan ketidakkonsistenan cerita klien, sambil menyiapkan makna mimpi dan
asosiasi bebas si klien dengan teliti.
Dengan cara mengorga bnisasi proses
penyembuhan ini dalam konteks struktur kepribadian dan dinamikanya, konselor
akan mampu memformulasikan sebab daripada problem yang dihadapi klien. Proses
yang dimaksudkan seperti :
1. Mengajar
klien tentang makna proses yang berlangsung sehingga ia dapat memperoleh
insight atas problem yang dihadapi.
2. Meningkatkan
kesadaran si klien atas cara-cara perubahan, dengan demikian memperoleh control
rasional yang lebih banyak lagi.
D.
Proses
Konseling
Praktek dalam konseling psikoanalisa sebagaimana
dilakukan oleh Freud dan para praktisi modern psikoanalisa pada umumnya
merupakan suatu proses yang panjang dan intensif dengan beberapa kali pertemuan.
Proses
konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan
ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksi kepribadian.
Konselor secara aktif juga harus mendengarkan
(dengan penuh perhatian) konseli dan mengarahkan sesi-sesi menuju pengungkapan
materi-materi kompleks terdesak.Dalam hal ini, konselor diibaratkan
mendengarkan klien dengan menggunakan tiga telinga guna memahami kata-kata
symbol, kontradiksi, yang mungkin merupakan kunci untuk membuka pintu
ketidaksadaran.
Konselor merumuskan masalah klien yang sesungguhnya
merupakan salah satu fungsi sentral konselor yaitu mengajar klien mengenai
makna proses ini sehingga klien dapat memperoleh tilikan terhadap masalahnya,
peningkatan kesadarannya terhadap cara-cara mengubah dalam mendapatkan kontrol yang lebih rasional
terhadap hidupnya.
Klien harus ada kemauan untuk menyanggupi dirinya
sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setelah melakukan
konseling klien kemudian melakukan kegiatan asosiasi bebas yaitu klien
mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannnya dimana proses ini dikenal
sebagai aturan yang fundamental dalam psikoanalisa.
E.
Teknik
Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk
meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku klien
dan memahami makna gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam
psikoanalisa, yaitu sebagai berikut :
1. Asosiasi
Bebas
Teknik
pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan
klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak
mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya.Cara yang khas adalah dengan
mempersilakan klien berbaring di atas balai-balai sementara terapis duduk
di belakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat
asosiasinya mengalir dengan bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu
metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan
emosi-emosi yang berkaitandengan situasi traumatis masa lalu, yang
kemudian dikenal dengan katarsis.Katarsis hanya menghasilkan perbedaan
sementara atas pengalaman-pengalaman menyakitkan pada klien, tetapi tidak
memainkan peran utama dalam proses treatment.
2. Interpretasi
Interpretasi
adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis
mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi. Fungsi interpretasi
adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses
menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan
hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal
yang penting bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat
karena kalau tidak klien dapat menolaknya.Ada tiga hal yang harus diperhatikan
dalam interprestasi sebagai teknik terapi.Pertama,
interpretasi hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan
berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan
baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional
klien.Ketiga, menetapkan resistensi
atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.
3. Analisis
Mimpi
Analisis
mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membentuk hal-hal yang tidak
disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah
yang belum terpecahkan.Selama tidur,
pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres
akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud
memandang bahwa mimpi merupakan "jalan istimewa menuju
ketidaksadaran", karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Beberapa
motivasi sangat tidak dapat diterima oleh seseorang, sehingga akhimya
diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan dalam bentuk
yang berbeda.
Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi
laten dan isimanifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang
disamarkan, tersembunyi, simbolik,dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan
dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak
sadar (yang merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi manifes
yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi
sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkap makna-makna
yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam
isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien
untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk
mengungkap makna-makna yang terselubung.
4. Analisis
dan Interpretasi Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak
disadari.Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaanuntukmenghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu.
Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar
yang digunakan oleh klien sebagaipertahanan terhadap kecemasanyang tidak
bisa dibiarkan, yang akan meningkatjika klien menjadi sadar atas dorongan
atau perasaan yang direpres tersebut.
Interpretasi konselor ditujukan kepada
bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.Konselor meminta
perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang paling nampak untuk memperkecil
kemungkinan penolakan klien terhadap interpretasi. Dalam proses terapi,
resistensi bukanlah sesuatu yang harus diatasi, karena merupakan perwujudan
dari pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari. Resistensi ini
dapat dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan,
meski sebenamya menghambat kemampuannya untuk menghadapi hidup yang lebih
memuaskan.
5. Analisis
dan Interpretasi Transferensi
Resistensi dan transferensi merupakan
dua hal inti dalam terapi psikonalisis.Transferensi dalam keadaan normal
adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau
secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada
terapis.Transferensi mengejawantah ketika dalam proses terapi ketika
"urusan yang tidak selesai" (unfinished business) masa
lalu klien dengan orang-orang yang dianggap berpengaruh menyebabkan klien
mendistorsi dan bereaksi terhadap terapis sebagaimana dia
berekasi terhadap ayah/ibunya.
Dalam hubungannya dengan terapis, klien
mengalami kembali perasaan menolak dan membenci sebagaimana yang dulu
dirasakan kepada orangtuanya. Tugas terapis adalah membangkitkan neurosis
transferensi klien dengan kenetralan, objektivitas, keanoniman, dan
kepasifan yang relatif. Dengan cara ini, maka diharapkan klien dapat
menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan memungkinkan
klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi-fiksasi,
konflik-konflik atau deprivasi-deprivasinya, serta mengatakan kepada klien
suatu pemahaman mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat
ini.
F.
Asumsi
Perilaku Bermasalah
Proses konseling psikoanalisa dilakukan pada individu
yang mengalamihisteris atau kecemasanyang timbul dalam diri secara berlebihan akibat
asumsi yang dialami individu dimasa kecil, sehingga menimbulkan rasa takut yang teramat pada individu
tersebut.
G.
Kelebihan
dan Keterbatasan
Kelebihan dari terapi Psikoanalisis adalah :
·
Terapi
ini memiliki dasar teori yang kuat.
·
Dengan
terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena
prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri
klien.
·
Terapi
ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak
disadarinya.
Kelemahan
dari terapi Psikoanalisis adalah :
·
Waktu
yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
·
Memakan banyak biaya bagi klien
·
Karena waktunya lama, bisa membuat klien
menjadi jenuh
·
Diperlukan
terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar