Kamis, 16 Mei 2013

psikoanalisa



A.    Konsep Dasar
1.      Hakikat manusia
1.    Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
2.    Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak di sadari.
3.    Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah di peroleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan dirinya.
4.    Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangangan, menolak dan kesakitan dan mencari kenikmatan.
5.   Sifat manusia itu adalah deterministik,di mana perilakunya ditentukan oleh kekuatan – kekuatan irasional, motivasi tak sadar, dorongan seksual.
2.      Struktur kepribadian
      Id, merupakan struktur yang kita bawa sejak lahir dan bersisikan semua potensi bawaan, termasuk naluri-naluri yang umumnya tidak kita sadari.Di dalam id terdapat dorongan-dorongan naluriah yang cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan karena menuntut untuk dipenuhi. Untuk memuaskan dorongan-dorongan, id menggunakan dua mekanisme tindakan refleks dan proses primer.Dorongan naluriah, dibedakan menjadi dua, yakni:
·         Naluri hidup (libido) yang merefleksikan kebutuhan id untuk mengejar kesenangan dan menghindari ketidaknyamanan.
·         Naluri mati (tanatos) yang merupakan dorongan-dorngan agresif yang negatif yang dapat mecelakakan diri sendiri atau orang lain.
Ego, berfungsi untuk membantu id memenuhi dorongan-dorongannya secara nyata dan bukan hanya sekedar membayangkan atau melamun. Ego tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan id, tetapi juga merintangi atau menolak dorongan-dorongan yang tidak di ijinkan oleh norma atau kode moral yang ditekankan oleh lingkungan sosial. Ego merupakan aspek eksekutif (pengendali atau pengatur) dari struktur kepribadian.
Superego, merupakan aspek kepribadian yang berisikan nilai-nilai atau kode moral masyarakat yang di internalisasi oleh anak melalui pedidikan orang tua.Manusia yang mengikuti arahan superegonya cenderung bisa menyesuaikan dirinya dengan baik namun mungkin menderita karena banyak dorongan kesenagan yang tidah terpuaskan.Sebaliknya, manusia yang kurang mendengarkan superegonya cenderung bisa memuaskan dorongannya tetapi sering kali ditanggapi rasa bersalah, malu dan cemas. Superego berfungsi membatasi dorongan-dorongan id dan mengendalikan ego agar tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan kode moral atau norma masyarakat.
Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal, dan sebagainya. Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri, melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naluriah.
B.     Tujuan Psikoanalisa
Tujuan psikoanalisa adalah untuk menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus daripada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri dan dengan demikian menolong mereka menyelesaikan masalah dasar yang mereka hadapi.Selain itu, tujuan selanjutnya adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individual dengan menggunakan yang tak sadar menjadi sadar pada diri klien. Proses psikoanalisa berpusat pada menghidupkan kembali pengalaman masa kanak-kanak.
Baker (1985) mengemukakan lima tujuan khusus konseling psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk :
·         Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional
·          Memperkaya sifat dan macam mekanisme pertahanan ego sehingga lebih efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima
·         Mengembangkan perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas yang jelas dan akurat dan yang mendorong penyesuaian
·         Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat dengan cara yang menghargai hak-hak pribadi dan orang lain
·         Menurunkan sifat perfeksionis (mengejar kesempurnaan) rigid (kaku), dan punitive (menghukum)
C.    Peran Konselor
Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis. Peranan yang dilakukan :
1.      Menolong klien mendapatkan kesadaran diri, kejujuran dan hubungan personal yang efektif.
2.      Menciptakan hubungan kerja dengan klien dan banyak mendengar serta menafsirkan.
3.      Mempercepat penampilan bahan-bahan yang tidak disadari.
4.      Konselor mendengarkan ketidakkonsistenan cerita klien, sambil menyiapkan makna mimpi dan asosiasi bebas si klien dengan teliti.
Dengan cara mengorga bnisasi proses penyembuhan ini dalam konteks struktur kepribadian dan dinamikanya, konselor akan mampu memformulasikan sebab daripada problem yang dihadapi klien. Proses yang dimaksudkan seperti :
1.      Mengajar klien tentang makna proses yang berlangsung sehingga ia dapat memperoleh insight atas problem yang dihadapi.
2.      Meningkatkan kesadaran si klien atas cara-cara perubahan, dengan demikian memperoleh control rasional yang lebih banyak lagi.
D.    Proses Konseling
Praktek dalam konseling psikoanalisa sebagaimana dilakukan oleh Freud dan para praktisi modern psikoanalisa pada umumnya merupakan suatu proses yang panjang dan intensif dengan beberapa kali pertemuan. Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekontruksi kepribadian.
Konselor secara aktif juga harus mendengarkan (dengan penuh perhatian) konseli dan mengarahkan sesi-sesi menuju pengungkapan materi-materi kompleks terdesak.Dalam hal ini, konselor diibaratkan mendengarkan klien dengan menggunakan tiga telinga guna memahami kata-kata symbol, kontradiksi, yang mungkin merupakan kunci untuk membuka pintu ketidaksadaran.
Konselor merumuskan masalah klien yang sesungguhnya merupakan salah satu fungsi sentral konselor yaitu mengajar klien mengenai makna proses ini sehingga klien dapat memperoleh tilikan terhadap masalahnya, peningkatan kesadarannya terhadap cara-cara mengubah dalam mendapatkan kontrol yang lebih rasional terhadap hidupnya.
Klien harus ada kemauan untuk menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setelah melakukan konseling klien kemudian melakukan kegiatan asosiasi bebas yaitu klien mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannnya dimana proses ini dikenal sebagai aturan yang fundamental dalam psikoanalisa.
E.     Teknik Konseling
Teknik-teknik dalam psikoanalisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran mendapatkan tilikan intelektual ke dalam perilaku klien dan memahami makna gejala-gejala yang nampak. Ada lima teknik dasar dalam psikoanalisa, yaitu sebagai berikut :
1.      Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya.Cara yang khas adalah dengan mempersilakan klien berbaring di atas balai-balai sementara terapis duduk di belakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitandengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis.Katarsis hanya menghasilkan perbedaan sementara atas pengalaman-pengalaman menyakitkan pada klien, tetapi tidak memainkan peran utama dalam proses treatment.
2.      Interpretasi
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transparansi. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak disadari klien.
Hal yang penting bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat karena kalau tidak klien dapat menolaknya.Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interprestasi sebagai teknik terapi.Pertama, interpretasi hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan hal-hal yang disadari klien.Kedua, interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permukaan dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang dapat dialami oleh situasi emosional klien.Ketiga, menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.
3.      Analisis Mimpi
Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membentuk hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan.Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan "jalan istimewa menuju ketidaksadaran", karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Beberapa motivasi sangat tidak dapat diterima oleh seseorang, sehingga akhimya diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan dalam bentuk yang berbeda.
Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isimanifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik,dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar (yang merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
4.      Analisis dan Interpretasi Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari.Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaanuntukmenghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagaipertahanan terhadap kecemasanyang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkatjika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.
Interpretasi konselor ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.Konselor meminta perhatian klien dan menafsirkan resistensi yang paling nampak untuk memperkecil kemungkinan penolakan klien terhadap interpretasi. Dalam proses terapi, resistensi bukanlah sesuatu yang harus diatasi, karena merupakan perwujudan dari pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari. Resistensi ini dapat dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan, meski sebenamya menghambat  kemampuannya untuk menghadapi hidup yang lebih memuaskan.
5.      Analisis dan Interpretasi Transferensi
Resistensi dan transferensi merupakan dua hal inti dalam terapi psikonalisis.Transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek lainnya, atau secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis.Transferensi mengejawantah ketika dalam proses terapi ketika "urusan yang tidak selesai" (unfinished business) masa lalu klien dengan orang-orang yang dianggap berpengaruh menyebabkan klien mendistorsi dan bereaksi terhadap terapis sebagaimana dia berekasi terhadap ayah/ibunya.
Dalam hubungannya dengan terapis, klien mengalami kembali perasaan menolak dan membenci sebagaimana yang dulu dirasakan kepada orangtuanya. Tugas terapis adalah membangkitkan neurosis transferensi klien dengan kenetralan, objektivitas, keanoniman, dan kepasifan yang relatif. Dengan cara ini, maka diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat-sifat dari fiksasi-fiksasi, konflik-konflik atau deprivasi-deprivasinya, serta mengatakan kepada klien suatu pemahaman mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat ini.
F.     Asumsi Perilaku Bermasalah
Proses konseling psikoanalisa dilakukan pada individu yang  mengalamihisteris atau kecemasanyang timbul dalam diri secara berlebihan akibat asumsi yang dialami individu dimasa kecil, sehingga menimbulkan rasa takut yang teramat pada individu tersebut.
G.    Kelebihan dan Keterbatasan
Kelebihan dari terapi Psikoanalisis adalah :
·         Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
·         Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
·         Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
Kelemahan dari terapi Psikoanalisis adalah :
·         Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
·          Memakan banyak biaya bagi klien
·          Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
·         Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar